A. Pengertian Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat atas setiap
pribadi muslim berupa makanan pokok
dengan ukuran tertentu yang wajib dikeluarkan di akhir bulan Ramadhan. Zakat
fitrah juga disebut dengan Zakat Nafsiyah ( zakat pembersih jiwa dari
kotoran bakhil dan hubbud dunya ) ).
B. Hukum Zakat Fitrah
Hukum zakat
fitrah adalah wajib, bagi orang
yang sudah cukup syarat, berdasarkan :
Firman Allah
قد افلح من تزكى , ود كر اسم ربه فصلى
Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan diri ( dengan mengeluarkan zakat
fitrah ) dan yang menyebut nama tuhannya ( dengan takbir, tahmid, tahlil dan
tasbih ) lalu melaksanakan shalat ( Idul Fitri ) ( QS. Al-A'la 14 – 15 )
Sabdah Rasulullah Saw;
عن ابن عمر
رضي الله عنهما قال:
فرض رسول الله صلى الله عليه وسلم زكاة الفطر، صاعا من تمر أو صاعا من شعير، على العبد والحر، والذكر والأنثى، والصغير والكبير، من المسلمين، وأمر بها أن تؤدى قبل خروج الناس إلى الصلاة. متفق عليه
فرض رسول الله صلى الله عليه وسلم زكاة الفطر، صاعا من تمر أو صاعا من شعير، على العبد والحر، والذكر والأنثى، والصغير والكبير، من المسلمين، وأمر بها أن تؤدى قبل خروج الناس إلى الصلاة. متفق عليه
Dari
Ibnu Umar r.ah, katanya: Rasulullah Saw mewajibkan zakat fitrah bulan Ramadhan,
sebanyak satu sha' ( 3.1 liter / 2,5 kg ) kurma atau gandum atas tiap-tiap
orang Islam, merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuan. Dan beliau perintahkan zakat fitrah itu untuk
dikeluarkan sebelum manusia keluar untuk
shalat ( Idul fitri ).
( Muttafaq 'alaih )
Hadits lain
Sabdah
Rasulullah Saw:
ولابن عدي ودارقطنى باسناد ضعيف : اغنوهم عن الطواف
في هدااليوم,
Dan bagi
Ibnu Ady dan Daruqutny dengan sanad yang lemah " Selamatkan mereka
fakir-miskin dari meminta-minta pada hari ini ".
C. Syarat Wajib Zakat Fitrah
Orang yang diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah
adalah :
1. Beragama Islam. Orang
yang tidak beragama Islam tidak wajib mengeluarkan zakat fitrah
2. Orang itu ada sebelum matahari terbenam
di akhir bulan Ramadhan. Maka bayi yang lahir setelah terbenam matahari di
akhir bulan Ramadhan / malam Hari Raya tidak wajib zakat fitrah atasnya. Begitu
juga orang yang kawin setelah terbenam matahari di akhir bulan Ramadhan tidak
wajib membayarkan zakat fitrah atas istri yang baru dinikahinya.
3. Orang itu mempunyai kelebihan harta
untuk dimakan dirinya sendiri, keluarga dan orang-orang / binatang yang
nafkahnya menjadi tanggungannya, pada malam hari dan siangnya. Bagi orang yang
tidak mempunyai kelebihan tidak wajib mengeluarkan zakat fitrah
D. Bahan dan Ukuran Zakat Fitrah
Bahan zakat fitrah adalah bahan makanan
yang mengenyangi atau makanan pokok setempat. Contoh, di Pulau Jawa makanan
pokok penduduknya adalah nasi, maka zakat fitrahnya adalah beras. Penduduk
Maluku makanan pokoknya adalah sagu, maka mereka mengeluarkan zakat fitrah berupa
tepung sagu.
Adapun ukuran untuk 1 ( satu
) orang, zakat fitrahnya sebanyak 3,1 liter atau 2,5 kg.
Berzakat fitrah dengan uang seharga bahan makanan
boleh-boleh saja, asal bahan makanan di
daerah / tempat itu mudah didapat. Akan tetapi bila di daerah itu sulit untuk
mendapatkan bahan makanan, maka tidak boleh berzakat fitrah dengan uang. Karena
yang diwajibkan dalam Hadits adalah makanan yang mengenyangkan bukan uang.
E. Hukum dan Waktu membagi Zakat fitrah
Para Ulama telah bersepakat bahwa waktu
wajib zakat fitrah adalah sewaktu terbenam matahari di akhir bulan Ramadhan
tepatnya pada malam Hari Raya, namun boleh-boleh saja zakat fitrah diserahkan
diluar waktu itu. Berikut ini keterangan hukum dan waktu menyerahkan zakat :
1. Waktu Jawaz ( boleh
), yaitu mulai dari awal bulan Ramadhan sampai akhir bulan Ramadhan.
2. Waktu Wajib, yaitu
dari terbenam matahari di akhir bulan Ramadhan sampai fajar shodiq
3. Waktu Sunnah ( lebih
baik ), yaitu sesudah sembahyang subuh sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri.
عن ابن عباس رضى الله عنهما قال: فرض رسول ا لله صلى الله عليه وسلم زكاة
الفطر طهرة للصائم و طعمة للمساكن فمن اداها قبل الصلاة فهي زكاة مقبولة ومن اداها
بعد الصلاة فهي صدفة من صدقات , رواه
ابوداود واب ماجه
Dari
Ibnu Abbas r anhuma berkata: Rasulullah Saw telah mewajibkan zakat fitrah (
sebagai ) pembersih bagi orang yang berpuasa dan pemberi makan bagi orang-orang
miskin. Barang siapa yang menunaikan sebelum shalat hari raya, maka zakat itu
diterima. Dan barang siapa yang menunaikan sesudah shalat hari raya, maka zakat
itu ( dianggap ) sedekah biasa.
(HR. Abu Daud
dan Ibnu Majah )
4. Waktu Makruh, yaitu
sesudah shalat Hari Raya sampai terbenam matahari.
5. Waktu Haram, Sesudah
terbenam matahari pada Hari Raya.
F. Orang-orang yang berhak menerima zakat
Orang-orang
yang berhak menerima zakat ( mustahiq zakat ), sudah ditentukan sendiri oleh
Allah SWT di dalam Al-Qur'an, ada 8 (
delapan ) golongan.
Firman Allah
SWT:
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ
وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي
الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاِبْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً
مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Al- Baqoroh 60 )
Yang berhak menerima zakat ialah:
1. Orang fakir : orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga
untuk memenuhi penghidupannya.
2. Orang miskin : orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan.
3. Pengurus zakat : orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.
4. Muallaf : orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk
2. Orang miskin : orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan.
3. Pengurus zakat : orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.
4. Muallaf : orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk
Islam yang imannya msih lemah.
5. Budak : mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang
5. Budak : mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang
Kafir.
6. Orang berhutang : orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan
6. Orang berhutang : orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan
Tidak sanggup membayarnya.
Adapun orang yang berhutang untuk
Memelihara persatuan umat Islam
dibayar hutangnya itu dengan
zakat,
walaupun ia mampu membayarnya.
7. Sabilillah : yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. Di antara
7. Sabilillah : yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. Di antara
mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup
juga kepentingan-kepentingan
umum, seperti:
mendirikan masjid,
sekolah,
rumah sakit, jembatan dan lain-lain.
8. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam
8. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam
perjalanannya.
G. Orang yang
tidak berhak menerima zakat
Orang-orang yang tidak berhak menerima zakat ada 5
( lima ), yaitu :
1. Orang kaya
Sabdah
Rasulullah Saw:
فال رسول الله صلى الله عليه وسلم. لا تحل الصدقة لغني ولا لدي مرة سوى
رواه الخمسة الاالنسائ وابن ماجه
Rasulullah Saw telah
bersabdah" Tidak halal shadaqoh ( zakat ) itu bagi orang kaya dan orang
yang mempunyai kekuatan tenaga "
( HR. Lima orang ahli Hadits, selain Nasa'i dan Ibnu
Majah )
Pengertian Kaya ( Ghani )
Menurut bahasa kaya ( ghani ) artinya
cukup. Cukup itu tidak dapat diukur dengan nisab, sebab terkadang ada orang
yang mempunyai harta ( kekayaan ) sampai senisab, tetapi karena tanggungannya
banyak, maka harta itu menjadi tidak cukup, sebaliknya ada orang yang mempunyai
harta yang kurang dari senisab, sementara tanggungannya tidak ada, maka ia
menjadi cukup.
Ada
Ulama yang mengatakan bahwa orang kaya itu ialah orang yang memiliki harta atau
kekayaan sampai senisab, mereka beralasan dengan sabdah Rasululah berikut ini :
حدثنا أبو
عاصم الضحاك بن مخلد، عن زكرياء بن إسحق، عن يحيى بن عبد الله بن صيفي، عن أبي
معبد، عن ابن عباس رضي الله عنهما:
أن النبي صلى الله عليه وسلم: بعث معاذا رضي الله عنه إلى اليمن، فقال: (ادعهم إلى: شهادة أن لا إله إلا الله وأني رسول الله، فإن هم أطاعوه لذلك، فأعلمهم أن الله قد افترض عليهم خمس صلوات في كل يوم وليلة، فإن هم أطاعوا لذلك، فأعلمهم أن الله افترض عليهم صدقة في أموالهم، تؤخذ من أغنيائهم وترد على فقرائهم)
أن النبي صلى الله عليه وسلم: بعث معاذا رضي الله عنه إلى اليمن، فقال: (ادعهم إلى: شهادة أن لا إله إلا الله وأني رسول الله، فإن هم أطاعوه لذلك، فأعلمهم أن الله قد افترض عليهم خمس صلوات في كل يوم وليلة، فإن هم أطاعوا لذلك، فأعلمهم أن الله افترض عليهم صدقة في أموالهم، تؤخذ من أغنيائهم وترد على فقرائهم)
Abu Ashim Adhdhuhak bin Makhlad telah bercerita kepada kami dari Zakariya
bin Ishaq, dari Yahya bin Abdullah bin Shaify, dari Abu Ma'bad, dari Ibnu Abbas
ra h , bahwasanya Nabi Saw mengutus Mu'adz ra ke Yaman, beliau bersabdah "
Ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang hak kecuali Allah dan
sesungguhnya aku adalah utusan Allah, jika mereka mentaati beritahukanlah
keapada mereka bahwa sesungguhnya Allah mewajibkan kepada mereka shalat 5 waktu
sehari semalam, jika mereka taat terhadap hal tersebut, beritahukan mereka
bahwa sesungguhnya Allah mewajibkan atas mereka zakat atas harta yang diambil
dari orang-orang kaya mereka kemudian dibagikan kepada orang-orang fakir
mereka. ( HR. Bukhari )
Ada pula Ulama
yang mengatakan bahwa yang diamaksud kaya adalah orang yang memiliki harta (
penghasilan ) yang memcukupi untuk dirinya dan orang yang menjadi tanggungannya
setiap harinya, baik mempunyai minimal senisab atau kurang, mereka beralasan
dengan Hadits berikut:
من سال وعنده ما يغعنيه فانما يستكثر من النار قالو
يارسول الله وما يغنيه قال مايغد يه ويغشيه، رواه ابوداود وابن حبان
" Barang siapa yang meminta-minta sedangkan ia memiliki kekayaan, maka
sesungguhnya ia hanya memperbanyak siksaan neraka saja. Mereka yang mendengar
bertanya, Wahai Rasulullah : apakah yang dimaksud kaya itu ? Beliau jawab:
"Orang kaya itu ialah orang yang memiliki harta yang cukup untuk dimakan
sehari-hari"
( HR. Abu Daud dan Ibnu Hibban )
2. Budak ( hamba ), karena mereka sudah mendapat nafkah
dari tuannya. Hal ini berlaku untuk kebutuhan nafkah makan-minum sehari-hari,
sedangkan untuk memerdekakan dirinya, maka seorang hamba ( budak ) boleh diberi zakat.
3
Keluarga Nabi Muhammad Saw
Sabdah
Rasulullah Saw
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يؤتى بالتمر عند صرام النخل، فيجئ هذا بتمره وهذا من تمره، حتى يصير عنده كوما من تمر، فجعل الحسن والحسين رضي الله عنهما يلعبان بذلك التمر، فأخذ أحدهما تمرة فجعله في فيه، فنظر إليه رسول الله صلى الله عليه وسلم فأخرجها من فيه، فقال: (أما علمت أن آل محمد صلى الله عليه وسلم لا يأكلون الصدقة).
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يؤتى بالتمر عند صرام النخل، فيجئ هذا بتمره وهذا من تمره، حتى يصير عنده كوما من تمر، فجعل الحسن والحسين رضي الله عنهما يلعبان بذلك التمر، فأخذ أحدهما تمرة فجعله في فيه، فنظر إليه رسول الله صلى الله عليه وسلم فأخرجها من فيه، فقال: (أما علمت أن آل محمد صلى الله عليه وسلم لا يأكلون الصدقة).
رواه البخارى
Dari Abu Hurairah ra berkata " Pernah Rasulullah Saw diberi
kurma yang baru dipetik dari pohonnya, pemberian kurma itu datang bertubi-tubi
sehingga menjadi tumpukan kurma, semntara Hasan dan Husain ( cucu Rasulullah )
sedang bermain di situ, salah satu diantara keduanya telah mengambil sebuah
kurma dan memasukkannya ke dalam mulutnya, Rasulullah Saw melihat padanya, maka
beliau mengeluarkan kurma itu dari mulutnya dan bersabda: " Kamu tahu
bahwa sesungguhnya keluarga Muhammad Saw tidak ( halal ) makan shadaqoh ( zakat
)".
( HR. Bukhori )
4.
Orang yang menjadi tanggungan yang
berzakat, seperti : ayah –ibu, kakek-nenek, istri, anak dan cucu, walaupun keadaan mereka miskin.
5.
Orang yang tidak beragama Islam.
Berdasarkan Hadits Nabi yang memerintahkan kepada Muadz bin Jabal:
أن الله افترض عليهم صدقة في أموالهم، تؤخذ من
أغنيائهم وترد على فقرائهم)
sesungguhnya Allah mewajibkan atas mereka zakat atas harta yang diambil
dari orang-orang kaya mereka kemudian dibagikan kepada orang-orang fakir diantara
mereka. / ummat Islam. ( HR. Bukhari )
Petunjuk Memberikan Zakat
Agar zakat
atau shodaqoh lebih bermakna, berikut ini petunjuk memberikan zakat:
1. Berzakatlah dengan barang yang mutunya baik.
Sering penulis temui orang yang memberikan
zakat atau shadaqoh dengan barang yang sudah jelek mutu ( kwalitas )nya, dengan
kata lain memberikan zakat atau shadaqoh dengan barang yang sudah tidak layak
pakai atau dikonsumsi. Hal seperti ini sebenarnya tidak dikehendaki dalam agama
Islam.
Firman Allah
SWT:
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا
مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum
kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Al-Imran 92 )
2. Dahulukan yang terdekat
Pengertian dekat disini, ada 3 ( tiga ) macam :
Pertama :
Dekat dari segi domisili, misalnya tetangga dekat
Kedua :
Dekat dari segi nasab ( keturunan ), misalnya masih ada hubungan keluarga.
Ketiga :
Dekat dari segi pergaulan. Misalnya teman sekerja dan sebagainya.
Lebih utama zakat atau shadaqoh itu
diberikan kepada fakir-miskin di sekitar anda apalagi mereka masih ada hubungan
keluarga. Jika di sekitar kita sudah tidak ada fakir-miskin barulah diberikan
kepada yang dekat secara nasab atau dekat secara pergaulan, jika hal itu juga
tidak ada, barulah zakat atau shadaqoh itu diberikan kepada orang yang jauh. Tidak
baik zakat atau shadaqoh diberikan dengan mengutamakan orang jauh, sementara
fakir-miskin yang ada di samping rumah anda, bahkan mereka masih ada hubungan
keluarga dibiarkan.
Firman Allah :
وَآَتَى الْمَالَ عَلَى
حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ
وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ
dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir
(yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, ( QS. Al-Baqoroh 177 )
Hadits Nabi
Saw
وقال النبي صلى الله عليه وسلم (له أجران: أجر
القرابة والصدقة)
Nabi Saw Telah
bersabdah : ( Berzakat kepada kerabat ) baginya mendapat dua pahala: pahala
silatur rahmi dan pahala sedekah. ( HR. Bukhori
)
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه: ..........
قالت: يا نبي الله، إنك أمرت اليوم بالصدقة، وكان عندي حلي لي، فأردت أن أتصدق به،
فزعم ابن مسعود: أنه وولده أحق من تصدقت به عليهم، فقال النبي صلى الله عليه وسلم:
(صدق ابن مسعود، زوجك وولدك أحق من تصدقت به عليهم)..
Dari Abi Sa'id al-Khudry ra: .............
Berkata (Zainab, istri Ibnu Mas'ud ) , Wahai Nabi Allah, Sesungguhnya pada hari
ini engkau telah perintahkan untuk bershadaqoh( berzakat ), dan saya mempunyai
perhiasan, maka saya bermaksud untuk mengeluarkan zakatnya, Ibnu Mas'ud
berpendapat : bahwa sesungguhnya ia dan
anak-anaknya lebih berhak atas zakat itu. Maka Rasulullah bersabdah : Ibnu
Mas'ud benar: suamimu dan anak-anakmu lebih berhak atas zakat itu dari pada
orang lain, (HR. Bukhori )
3. Jangan menyinggung perasaan si penerima zakat
Hindarilah menyinggung perasaan orang yang
menerima zakat atau shadaqoh, baik
dengan perkataan maupun dengan perbuatan,
misalnya dengan menyebut-nyebut zakat atau shadaqohnya di hadapan orang
banyak atau berucap di hadapan orang yang menerima zakat atau shadaqoh dengan
kalimat " Orang yang memberi itu lebih baik dari pada orang yang menerima
". Hal ini tidak boleh terjadi, sebab dapat menyakiti perasaan orang yang
menerima zakat. Bila hal itu terjadi akan berakibat fatal, disamping zakat /
shodaqohnya tidak diterima oleh Allah juga kemungkinan akan berbuntut dengan
pertengkaran.
Firman Allah :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى
كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ
فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا
كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ (264)
Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia
dan dia tidak beriman
kepada Allah dan hari kemudian.
Maka perumpamaan orang itu
seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan
lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah ). Mereka tidak menguasai sesuatupun
dari apa yang
mereka usahakan; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang
yang kafir [168]
( QS. Al-Baqoroh 264 )
[168]. Mereka ini tidak mendapat manfaat di dunia dari
usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapat pahala di akhirat.